Tiga Pola Curah Hujan Indonesia
Posted by kadarsah pada Juni 29, 2007
Pembagian pola iklim menjadi tiga daerah di Indonesia berikut ini berdasarkan metode korelasi ganda. Pembagian pola iklim ini saya ambil dari disertasi Dr.Edvin Aldrian.
Region atau daerah A, pola curah hujannya berbentuk huruf U ( paling kiri), sedang pola Region B, pola curah hujannya berbentuk huruf M ( tengah) dengan dua puncak curah hujan.Sedangkan pola Region C berbentuk huruf U terbalik ( kanan) atau berkebalikan dengan Region A. Garis merah merupakan curah hujan dalam milimeter sedangkan garis hitam merupakan deviasinya.
Region A: region monsoon tengara/Australian monsoon
Region B: region semi-monsoon/NE Passat monsoon
Region C :region anti-monsoon/Indonesian throughflow
Dalam literatur lain:
(Bayong,1999)
Region A:Type monsoon
Region B:Type ekuatorial
Region C : Type lokal
BMG Berdasarkan distribusi data rata-rata curah hujan bulanan, umumnya wilayah Indonesia dibagi menjadi 3 (tiga) pola hujan, yaitu :
1. Pola hujan monsun, yang wilayahnya memiliki perbedaan yang jelas antara periode musim hujan dan periode musim kemarau kemudian dikelompokan dalam Zona Musim (ZOM), tipe curah hujan yang bersifat unimodial (satu puncak musim hujan,DJF musim hujan,JJA musim kemarau).
2. Pola hujan equatorial, yang wilayahnya memiliki distribusi hujan bulanan bimodial dengan dua puncak musim hujan maksimum dan hampir sepanjang tahun masuk dalam kreteria musim hujan. Pola ekuatorial dicirikan oleh tipe curah hujan dengan bentuk bimodial (dua puncak hujan) yang biasanya terjadi sekitar bulan Maret dan Oktober atau pada saat terjadi ekinoks.
3. Pola hujan lokal, yang wilayahnya memiliki distribusi hujan bulanan kebalikan dengan pola monsun. Pola lokal dicirikan oleh bentuk pola hujan unimodial (satu puncak hujan), tetapi bentuknya berlawanan dengan tipe hujan monsun.
Pa Pada kondisi normal, daerah yang bertipe hujan monsun akan mendapatkan jumlah curah hujan yang berlebih pada saat monsun barat (DJF) dibanding saat monsun timur (JJA).P Pengaruh monsun di daerah yang memiliki pola curah hujan ekuator kurang tegas akibat pengaruh insolasi pada saat terjadi ekinoks, demikian juga pada daerah yang memiliki pola curah hujan lokal yang lebih dipengaruhi oleh efek orografi .
Ga Gambar dibawah ini merupakan pola curah hujan dari BMG:
B
Tulisan berikut di ambil dari:http://klastik.wordpress.com/2006/12/03/pola-umum-curah-hujan-di-indonesia/
Pola umum curah hujan di Indonesia antara lain dipengaruhi oleh letak geografis. Secara rinci pola umum hujan di Indonesia dapat diuraikan sebagai berikut:
- Pantai sebelah barat setiap pulau memperoleh jumlah hujan selalu lebih banyak daripada pantai sebelah timur.
- Curah hujan di Indonesia bagian barat lebih besar daripada Indonesia bagian timur. Sebagai contoh, deretan pulau-pulau Jawa, Bali, NTB, dan NTT yang dihubungkan oleh selat-selat sempit, jumlah curah hujan yang terbanyak adalah Jawa Barat.
- Curah hujan juga bertambah sesuai dengan ketinggian tempat. Curah hujan terbanyak umumnya berada pada ketinggian antara 600 – 900 m di atas permukaan laut.
- Di daerah pedalaman, di semua pulau musim hujan jatuh pada musim pancaroba. Demikian juga halnya di daerah-daerah rawa yang besar.
- Bulan maksimum hujan sesuai dengan letak DKAT.
- Saat mulai turunnya hujan bergeser dari barat ke timur seperti:
1) Pantai barat pulau Sumatera sampai ke Bengkulu mendapat hujan terbanyak pada bulan November.
2) Lampung-Bangka yang letaknya ke timur mendapat hujan terbanyak pada bulan Desember.
3) Jawa bagian utara, Bali, NTB, dan NTT pada bulan Januari – Februari. - Di Sulawesi Selatan bagian timur, Sulawesi Tenggara, Maluku Tengah, musim hujannya berbeda, yaitu bulan Mei-Juni. Pada saat itu, daerah lain sedang mengalami musim kering. Batas daerah hujan Indonesia barat dan timur terletak pada kira-kira 120( Bujur Timur. Grafik perbandingan empat pola curah hujan di Indonesia dapat Anda lihat pada gambar dibawah ini.
Rata-rata curah hujan di Indonesia untuk setiap tahunnya tidak sama. Namun masih tergolong cukup banyak, yaitu rata-rata 2000 – 3000 mm/tahun. Begitu pula antara tempat yang satu dengan tempat yang lain rata-rata curah hujannya tidak sama.
Ada beberapa daerah yang mendapat curah hujan sangat rendah dan ada pula daerah yang mendapat curah hujan tinggi:
- Daerah yang mendapat curah hujan rata-rata per tahun kurang dari 1000 mm, meliputi 0,6% dari luas wilayah Indonesia, di antaranya Nusa Tenggara, dan 2 daerah di Sulawesi (lembah Palu dan Luwuk).
- Daerah yang mendapat curah hujan antara 1000 – 2000 mm per tahun di antaranya sebagian Nusa Tenggara, daerah sempit di Merauke, Kepulauan Aru, dan Tanibar.
- Daerah yang mendapat curah hujan antara 2000 – 3000 mm per tahun, meliputi Sumatera Timur, Kalimantan Selatan, dan Timur sebagian besar Jawa Barat dan Jawa Tengah, sebagian Irian Jaya, Kepulauan Maluku dan sebagaian besar Sulawesi.
- Daerah yang mendapat curah hujan tertinggi lebih dari 3000 mm per tahun meliputi dataran tinggi di Sumatera Barat, Kalimantan Tengah, dataran tinggi Irian bagian tengah, dan beberapa daerah di Jawa, Bali, Lombok, dan Sumba.
Perlu Anda ketahui pula bahwa hujan terbanyak di Indonesia terdapat di Baturaden Jawa Tengah, yaitu curah hujan mencapai 7,069 mm/tahun. Hujan paling sedikit di Palu Sulawesi Tengah, merupakan daerah yang paling kering dengan curah hujan sekitar 547 mm/tahun.
Sebagai bahan perbandingan curah hujan di daerah lain :540 mm/tahun di Eropa sedangkan dipedalaman 1250 mm/tahun, di Pegunungan Rocky 3400 mm/tahun, di pedalaman Amerika 400 mm/tahun. Daerah yang memiliki curah hujan tertinggi di Cherrapunji 10820 mm/tahun ( selama 1860-Juli 1861 memiliki curah hujan 2646,12 mm/tahun dan selama 5 hari berturut-turut dibulan Agustus 1841 sebesar 38000 mm/tahun atau setara dengan curah hujan selama 4 tahun di New York), sedangkan di Puncak Gunung Waialeale di Kanai Tengah, Kepulauan Hawaii sebesar 1175,84 mm/tahun.
Hamada (Hamada JI, Yamanaka MD, Matsumoto J, Fukao S, Winarso PA,Sribimawati T (2002) Spatial and temporal variations of the rainy season over Indonesia and their link to ENSO. J MeteorolSoc Japan 80: 285–310) membagi Indonesia menjadi empat daerah iklim, tiga di antaranya sesuai dengan tipe diatas sedang tipe ke empat merupakan daerah peralihan yang tidak menunjukan secara jelas musim kering dan musim kemarau.
Suradi said
Menanggapi disertasi dr Bpk. Edvin Aldrian. Sekedar untuk bahan pertimbangn. Saya suradi di gorontalo. Berdasar data curah hujan tahun 1976 – hingga sekarang, justru daerah gorontalo, yg dlm disertasi Bpk masuk dalam tipe C, malah memiliki 2 puncak hujan dalam setahun yg berarti tipe ekuatorial (B).
Terimakasih.
Suradi.
kadarsah said
Terimakasih untuk Pak Suradi atas komentar dan konfirmasinya.
Pertanyaan saya adalah:
1.Apakah pola curah hujan yang memiliki 2 puncak curah hujan dalam setahun itu merupakan pola rata-rata selama 1976 s.d sekarang?
Terimakasih
Kadarsah
Rangga said
Maaf pak, saya hanya ingin bertanya. Sesungguhnya di Indonesia, khususnya daerah Banten dan DKI Jakarta pola hujan itu arahnya dari barat ke timur atau timur ke barat? Mohon penjelasannya..
terima kasih..
kadarsah said
Terimakasih atas pertanyaannya.
Pola curah hujan tidak mengarah dari barat ke timur atau timur barat, tapi kalau saatnya mulai turun hujan itu umumnya bergeser dari barat ke timur. Artinya bahwa musim hujan biasanya mulai disebelah barat kemudian di ikuti disebelah timur.
Pola curah hujan yang terjadi di suatu daerah akan berbeda-beda bahkan untuk tiap kabupaten akan berbeda-beda masing-masing daerah yang berada didalamnya ( bisa merupakan kecamatan). Persamaan biasanya terletak pada pola yang sama misal ekuatorial,monsunal atau lokal.
Riena said
Kalau gitu apa fungsinya mengetahui pola hujan ?
much slamet said
bagi petani berguna untuk pedoman bercocok tanam,petani tadah hujan
kadarsah said
Secara sederhana mengetahui pola hujan di suatu daerah satu region membantu kita untuk memahami kapan musim hujan atau musim kering biasanya terjadi.
Misalnya jika di daerah Indramayu yang termasuk daerah yang dipengaruhi oleh monsun maka secara garis besar musim hujan atau puncaknya di sekitar Desember, Januari dan Februari sedangkan musim kemarau disekitar Juni-Juli-Agustus.
Tapi hal itu bukan patokan yang pasti sebab diperlukan pemahaman tentang bagaimana unsur lokal turut mempengaruhi serta pemanasan global yang ikut berperan.
Rendra said
Assalamu’alaikum…
Numpang tanya, Hadley itu termasuk sirkulasi global apa regional ya??
Tanya lagi, contoh2 sirkulasi lokal, regional, sama global apa aja ya??
Tima kasih…
Wassalamu’alaikum
dodyirawan said
Assalamualaikum…
mas bisa gak di jelaskan bagaimana membuat prakiraan cuaca, khususnya hujan berdasarkan data curah hujan beberapa tahun terakhir.
Terimakasih
kadarsah said
Membuat prakiraan cuaca khususnya hujan ada beberapa cara. Umumnya menggunakan model meteorologi yang dinamis(misal WRF,MM5,Eta Model,CCAM,DARLAM dlln) dan model statistik ( Arima,ANFIS,Wavelet,Tiisean).
Untuk yang sederhana bisa menggunakan ARIMA (Autoregressive-Integreated-Moving Average) dengan memasukan data curah hujan sebelumnya dan hasilnya berupa prediksi curah hujan hanya ada beberapa persyaratan salah satunya data yang digunakan merupakan data timeseries yang stasioner.Untuk membangun model ARIMA bisa menggunakan MATLAB.
Prakiraan Musim « Kadarsah said
[…] Terakhir kadarsah di Tiga Pola Curah Hujan Ind… dodyirawan di Tiga Pola Curah Hujan Ind… kadarsah di Pengolahan Data Curah Hujan […]
Dody said
Terimakasih atas respon nya.
Saya masih sangat awam dengan MATLAB, apalagi dengan ARIMA.
Karena saya lulusan teknik komputer.
aTapi pekerjaan saya saat ini menuntut saya untuk bisa menguasai itu.
Apakan Anda memiliki e-book atau semacamnya untuk membantu saya mempelajari MATLAB dan ARIMA?
Terimakasih.
kadarsah said
Di MATLAB sudah ada fitur tentang ARIMA dan kemampuan komputer sangat bermanfaat dalam pemograman MATLAB.
Untuk e-book Matlab saya punya ada versi Indonesia dan english.
Nanti saya kirim ke alamat email yang mana?
Hari said
mas saya juga mau dong e-booknya… kalo s4 kirimin yo ke meteo00@yahoo.co.id
thanks
Kelix said
saya juga boleh minta ebook nya ak?
ini email saya : acilovin@gmail.com
Terimakasih
Dody said
Terimakasih sebelumnya atas segala bantuannya.
Bisa kirim ke mumtazka@gmail.com yang versi Indonesia saja.
Sekali lagi terimakasih
Dody said
Maaf sampai hari ini belum terkirim ke email saya.
Terimakasih.
febrian said
saya minta dkirimin e-book ny jg donk,soalnya sya skrg jg lg mngerjakan TA,trimakasih..
kadarsah said
Silakan di cari di referensi yang telah saya berikan di atas termasuk jurnal.
kadarsah said
Sudah dikirim
Ida Yusuf said
Maaf Pak, saya juga membutuhkan ebook MATLAB. Boleh ya Pak.. Mohon dikirim ke ida_yusuf22@yahoo.com. Terima kasih dan maaf sebelumnya…
Otniel said
Maaf saya ambil datanya untuk tugas Geografi
iis said
ass.. Wr.Wb
Pak saya mau bertanya ,
1 Apa nama alat yang digunakan untuk mengukur curah hujan pada setiap DPM saat ini?
2 Apakah pemodelan yang dilakukan oleh BMKG masih menggunakan ARIMA?
kadarsah said
1.Alat penakar hujan (rain gauge) ada yang secara otomatis dan manual, sebagian ada yang menggunakan AWS (Automatic Weather System).
2.Pemodelan ada yang menggunakan:ARIMA,ANFIS,Regresi linier,Wavelet, ARPEGE,CCAM.
boedi said
Ass… wr wb.
Saya sedang menyelesaikan jurnal saya yg kbtln mengambil lokasi di Kab.Temanggung-Kendal-Magelang,akan tetapi data ttg curah hujan yg saya punyai blm up-to-date. Kalau Bapak berkenan mohon bantuannya data curah hujan 10th terakhir (jml BK dan BB tiap tahunnya,untuk menentukan nilai Q). Alamat mail saya : “real_pambudi@yahoo.co.id”
Saya tunggu kabarnya…,terima kasih.
Wassalam….
ari said
hm..blog ini memang banyak membantu.
saya sekarang masih mempelajari hasil keluaran model MM5(domain : hujan dan arah angin) untuk wilayah Nusa Tenggara.Mohon bantuannya untuk menjelaskan karakteristik daerah tersebut dalam domain saya tersebut. khususnya untuk bulan juli tahun 2003.
thnx
RetnoSari said
Saya sedang mengeksplorasi berbagai kajian dan tulisan tentang pemodelan prediksi curah hujan.
Ada masalah yang menarik tentang data extrem yang disebabkan oleh pemanasan global dan saya belum mendapatkan kajian tentang hal itu…
Bagaimanakah caranya untuk menangani data iklim/curah hujan extrem, mengingat hal ini akan sangat berpengaruh terhadap pemodelan prediksinya?
Oh ya, Barangkali bpk punya info tentang buku “Indonesian Rainfall with in Hirarchy of Climate Model(Edvin Aldrian)”, dapat diperoleh/dibeli di mana (utk di Indonesia)buku tersebut?
Terimakasih…
Salam
kadarsah said
Buku “Indonesian Rainfall with in Hirarchy of Climate Model(Edvin Aldrian)” ini bisa diperoleh di amazon.com. Buku tersebut tidak bebas di jual di Indonesia, disamping buku itu ada buku pemodelan lainnya hasil karya beliau.
Dan buku tersebut sebagian membahas tentang hasil disertasi dan penelitian beliau, jika berminat saya akan bantu menghubungi beliau.
Terimakasih
nina said
salam kenal
1. pak kadarsah, boleh minta dijelaskan lagi 3 tipe pola hujan di indonesia?
kalau boleh tolong disederhanakan kata2nya pak karena saya kurang mangerti maklum , orang awam
2. kemudian, saya mau tanya lagi, ada pola hujan menurut seseorang, (maap lupa namanya) mengatakan bahwa pola hujan di indonesia ada 3, kemarau, hujan dan peralihan yang saya ingin tanyakan, ada pengaruh apakah antara pola hujan dan musim ya pak?
3. adakah pengaruh perubahan iklim dengan perubahan pola hujan sehingga dapat mengakibatkan banjir di beberapa tempat. Karena terus terang saya akan menulis ttg hal tersebut untuk tesis saya
makasih pak
kadarsah said
a.pola hujan monsun: pola curah hujan , jika data curah hujan diplot dan dijadikan time series akan membentuk seperti huruf U, dimana titik minimum sekitar juni,juli,agustus ( saat kemarau) sedangkan maksimum disekitar DJF (desember,januari,februari).
b. pola hujan ekuatorial: pola curah hujan , jika data curah hujan diplot dan dijadikan time series akan membentuk seperti huruf M, yang memiliki dua puncak musim hujan maksimum terjadi saat Maret dan Oktober ( ekinoks.)
c.Pola curah hujan lokal: kebalikan dari pola curah hujan monsun.
2.Itu yang sering kita dengar ada musim hujan (DJF=desember,januari,februari), kemarau (JJA=juni,juli,agustus) peralihan ( bulan diantaranya). Kalau menurut saya itu merupakan pembagian musim berdasarkan sifat hujan dengan sebelumnya mendefinisikan apa yang dimaksud dengan kemarau dan hujan.
3.Jelas ada bisa dilihat di laporan IPCC dan
perubahan itu bisa berupa:
-intensitas menaik/menurun
-panjangnya musim hujan mememdek/memanjang
-curah hujan maksimum meningkat/menurun
veza said
1. saya mau tanya 8untuk daerah kototabang(sumatera barat) curah hujan bulanannya berapa??
2. kalo ada info mengenai monsoon dengan angin meridional saya boleh dibagi ya.
kadarsah said
1.Secara umum pola curah hujannya merupakan pola curah hujan ekuatorial.
2.Ok.
veza said
mas kata dosen saya pola curah hujan ekuatorial itu seharusnya April dan oktober..
kadarsah said
Memang di beberapa tempat terjadi pada April sehingga curah hujan ekuatorial tidak tepat pada waktu tertentu melainkan bervariasi saat mulai misal ( Maret-April-Mei=MAM) dan September-Oktober-November (SON).
Yudha said
Halo Pak Kadarsah, salut nih saya liat anda meladeni semua pertanyaan.
Mau bantu sharing sedikit. Metode analisa Geo-science selalu terkekang oleh permasalahan skala, artinya analisa skala global tidak akan sama hasilnya dengan skala regional apalagi lokal, juga berlaku untuk skala waktu (analisa data 30 thn akan beda dengan hanya 5 thn). Ini terjadi karena banyak asumsi dan generalisasi yang digunakan mulai dari metode observasi, asimilasi data, teknik analisa, dll.
Contoh mudah, dari ketiga hasil analisa pola hujan diatas, tidak ada yg sama persis. Paling jelas terlihat dari hasil Dr.Edvin dimana tidak ada pola equatorial di Indonesia Timur seperti pada hasil dari Prof.Bayong dan BMG. Banyak faktor yg bisa menyebabkan perbedaan ini, mungkin beda jumlah data, beda metode, dan yg pasti beda kepentingan. Persisnya harus tahu detil pengolahan tiga peta diatas baru bisa tahu penyebab2 utama terjadinya perbedaan ini.
Jadi bagi saya peta2 diatas berbicara iklim(~30thn) skala regional yg tidak bisa langsung dikaitkan dengan pola2 lokal dan/atau jangka pendek. Jadi apa kegunaan praktis dari mengetahui pola2 hujan diatas ?, pertanyaan ini musti dikembalikan pada kepentingan pembuatan peta tersebut.
Tapi bagi saya pertanyaan yg menarik ialah, bagaimana bisa ada tiga pola ?, bagaimana trend sebaran pola2 ini selama 10 tahun terakhir, apakah ada pergeseran ?, kalau ada kenapa ?, dst….
kadarsah said
Terimakasih atas komentar dan masukannya.
Betul, hasil regional,global tidak bisa langsung dikaitkan dengan skala lokal karena ada beberapa alasan.
Sebenarnya memang banyak pola , bukan hanya tiga tetapi ketiga pola itu merupakan hanya generalisasi dari pola-pola yang banyak.’
penelitian tentang pergeseran trend pola-pola ini sudah ada yang dilakukan. Pergeseran terjadi secara horisontal maupun vertikal.
Yudha said
Koreksi sedikit Pak Kadarsah. Generalisasi yg saya pahami ialah penggunaan rataan harian atau bulanan sebagai dasar, istilahnya pola klimatologi. Kalau BMG dan Prof. Bayong menggunakan pola klimatologi maka anda betul. Tapi tidak dengan Dr.Edvin, karena beliau menggunakan Principal Component (PC).
Dari hasil PC, ketiga pola ini bukan generalisasi dari banyak pola, melainkan tiga pola yg paling dominan diantara banyak pola.
kadarsah said
Apa bedanya antara generalisasi dari banyak pola dan tiga pola yang paling dominan diantara banyak pola?
Yudha said
Kalau menghitung pola klimatologi (rataan bulanan atau harian) maka pola2 lain akan tertutupi, karena hanya akan muncul satu nilai, nah nilai ini yang sifatnya general.
Kalau dengan PC maka pola2 lain tetap akan muncul sebagai bagian dari output, tapi biasanya yg akan dianalisa ialah pola2 yang nilai variansinya > ~10%, ini juga tidak baku. Jadi pola2 lain tidak tertutupi, hanya saja tingkat variansinya sangat rendah (<<~5%), bahkan bisa dikategorikan sebagai noise. Se-pemahaman saya kondisi seperti ini bukan generalisasi, tapi lebih tepat disebut dominasi.
kadarsah said
Trims atas koreksinya.
Andhi said
mengenai ARIMA, Anda memiliki ebook panduan untuk saya lebih memahami model ini, dan juga transformasi wavelet dan model dinamis, tolong kalau punya dikirimkan ke email saya, trims
kadarsah said
Untuk ARIMA dan Wavelet nanti saya kirimkan.
Untuk model dinamis terdapat beberapa pilihan: MM5,WRF,Eta Model,REMO,HRM,RegCM3 dlln…silakan mau pilih yang mana dan tutorialnya ada beberapa yang tersedia lengkap di Internet.
febrian said
pak kadarsah,sya jg minta ebook yg wavelet,mau sya gunakan untuk petunjuk pngerjaan TA sya,trimakasih..
kadarsah said
Silakan di cari di referensi yang telah saya berikan di atas.
febrian said
sya sudah nyri d internet ebook wavlet yg b.indonsia tp ko g ktmu y pak,kl bpk pny link ny, sya minta pak..
rendra, said
apakah benar gambar pola hujan yang di atas dari BMG!!!
situsnya apa ya pA’
trims
kadarsah said
Betul sebab gambar tersebut di rilis pada Laporan Prakiraan Musim yang diberikan untuk publik.
Kalau situs BMG :
http://bmg.go.id/depan.bmkg
awal said
bisa minta referensi lengkap dari laporan yang memuat gambar BMG di atas pak?
trims
kadarsah said
Laporan yang memuat Gambar dari BMKG dimuat dalam website dan laporan yang dibuat BMKG.
Tetapi saya belum menemukan pola gambar tersebut yang dimuat dalam Jurnal terbitan internasional.
haqeem said
Menarik juga masalah tipe hujan ini. Sedikit info bung …untuk SULUT sebenarnya ada 3 tipe hujan yaitu monsunal, equatorial dan lokal. Penasaran????? coba anda analisa sendiri dgn data seluruh pos hujan di SULUT dan bandingkan…
kadarsah said
SULUT bisa jadi memiliki 3 tipe hujan(monsunal,ekuatorial dan lokal) tapi analisa ini dilakukan dengan menggunakan data seberapa lama dan metode apa yang digunakan ketika melakukan generalisasi pola-pola hujan yang ada. Di Indramayu saja dalam satu kabupaten memiliki 6 tipe pola hujan. Mungkin pendapat Sdr.Yudha diatas bisa dijadikan pijakan. Jadi tidak masalah SULUT memiliki 3 tipe hujan yang jelas dengan memaparkan metode yang digunakan serta langkah-langkah teknisnya hal tersebut bisa dipahami.
Yudha said
Senada dengan Pak Kadarsah, ada baiknya Bung Haqeem meplubikasikan temuan tersebut di Jurnal BMKG atau Jurnal Geo-science lainnya, jika dirasa hasil2 tersebut signifikan dampaknya bagi kemajuan keilmuan meteorologi dan klimatologi di tanah air.
mulkan said
Mohon bantuannya pak, Bagaimana cara membuat prediksi curah hujan dengan model transformasi wavelet?Tolong kirimin ebooknya/jurnal yang berkenaan dengan itu pak. sebelumnya terimakasih pak.
Email saya : mulkan_2004@yahoo.com
silvi anhar said
Saya minta izin mengambil materinya ya pak, untuk bahan mengajar geografi.. terima kasih banyak pak..
kadarsah said
Terimakasih telah mampir ke blog ini.
rusmawan said
setelah saya baca lagi ternyata Hamada et al (2002) membagi menjadi 5 pak Kadarsah
kadarsah said
Terimakasih atas koreksinya.
Bisa dikirimkan jurnalnya ke email saya?
Trims’
awal said
tapi kok yang betul Hamada et al. menyimpulkan kalau pola klimatologi di Indonesia dibagi menjadi 4 kategori bergasarkan analisa amplitude dan fase rainfall.
thx
kadarsah said
Saya kira kita bisa mengamati dan menganalisis dari metode yang mereka gunakan. Saya lebih setuju untuk menggunakan tiga pola curah hujan dari Dr.Edvin Aldrian.
syahri said
aslm. pak saya mau tanya bagaimana pola sebaran curah hujan khususnya di sumatera selatan, klo ad pak sekalian mhn kiriman data curah hujan sumsel 10 thn terakhir, tks.
Yoferdi maraus said
“5.Bulan maksimum hujan sesuai dengan letak DKAT.”
DKAT maksud nya apa yah, pak kadarsah?
mohon bimbingan dan penjelasan nya
febrian said
asslmkum pak,saya febrian,saya sedang mengerjakan TA mengenali pemodelan curah hujan menggunakan transformasi wavelet,saya mau bertnya, data yang dibutuhkan itu apa saja y pak?dta curah hujan harian,dasarian atau bulanan? trus minimal datany brp tahun?trima ksih..
kadarsah said
-untuk tahap awal dalam pemodelan CH, gunakan saja data CH yang harian, dasarian dan bulanan serta bandingkan antara ketiga dengan observasi mana yang lebih mirip dengan observasi ( ini bisa dijadikan kajian yang menarik).
-Untuk data minimal saya belum mencobanya titik minimumnya silakan dicoba saja.
febrian said
sya sdh mncoba dta yg dasarian,dan sya pk listing program yg dr bmg,tp ko hsil prdiksiny trblik dg dta observ y pak?kbtulan sya ngolah dta crh hujan d semarang. apkah listing program dr bmg da yg slh?atau emang data curah hujan d smrg emg tidak cocok dg wavelet?
Yudha said
@Febrian, model apa yg anda gunakan ?, model dinamik atau empiris(statistik) ?. Yang terbalik apanya ?, power spektrum-nya atau data curah hujan-nya ?. Sebaiknya cara kerja model dipahami sepenuhnya terlebih dahulu, sehingga kalau kamudian ada perbedaan dengan data observasi bisa ditelusuri penyebabnya.
febrian said
model wavelet,prdiksi ny terbalik mksudnya pada data observasi curah hujan sdkit,atau musim kemarau,tapi hasil prediksi menggunakan wavelet mlah curah hujan ny bnyak,atau musim hujan. saya jg msih bngung sih,dalam listing program dr BMG parameter apa saja yg bs drubah..
Yudha said
Model Wavelet ??… wah maaf ini kyknya butuh klarifikasi Pak Kadarsah, sebab saya tidak tahu sama sekali apakah Wavelet bisa dijadikan model curah hujan. Sepengetahuan saya Wavelet adalah pengembangan metode transformasi Fourier, tujuannya untuk membagi sinyal acak (random) menjadi sinyal2 harmonik.
Saran saya, Bung Febrian silahkan pahami dahulu cara kerja model tersebut (baca2 dokumentasi, diskusi dengan dosen, senior, dkk), dan jangan terlalu cepat mengambil kesimpulan. Saya yakin kalau sudah paham maka anda akan bisa jawab pertanyaan2 anda sendiri.
kadarsah said
Mas Yudha…kami menggunakan Metode Wavelet untuk prediksi curah hujan. Salah satunya data CH dasarian digunakan untuk prediksi CH.
Yudha said
Ulasan berikutnya kalau bisa topiknya membahas lebih detil tentang model wavelet ini Pak Kadarsah, pastinya akan bermanfaat buat Bung Febrian, atau mungkin sudah pernah diulas sebelumnya ?. Thx
febrian said
@kadarsah=sya nyri ebook wavelet b.indonesia d intrnet blm ktmu jg pak,mhon bntuan ny..
sesa wiguna said
menyambung pertanyaan tadi, apakah faktor pembentuk pola curah hujan juga berlaku di negara di lintang tinggi?
saya melihat pola curah hujan yang ada di Cordoba- Argentina, tenyata polanya membentuk pola seperti pola monsoon di indonesia, apakah faktor pembentuknya??
apakah terbentuk oleh monsoon juga?
termikasih sebelumnya
Yudha said
Punten Pak Kadarsah, saya coba tanggapi pertanyaan ini ya.
Istilah monsoon memiliki definisi yang jelas, yaitu pola iklim tahunan (satu tahun satu siklus) akibat pengaruh pergerakan semu matahari pada perbedaan kapasitas kalor benua dan samudra, dengan kata lain monsoon ialah angin darat/laut skala besar.
Daerah monsoon dengan mudah dapat diidentifikasi sbb :
1. Arah angin berubah 180 derajat per-enam bulan.
2. Curah hujan cenderung lebih tinggi selama enam bulan berturut2 dibanding enam bulan berikutnya.
Jadi jika daerah Cordoba-Argentina memiliki karakteristik geografi seperti diatas maka bisa dipastikan pola iklim tersebut ialah monsoon. Silahkan di cek pola angin tahunan dan temperatur-nya mencakup darat dan laut.
Tapi bukankah Cordoba-Argentina itu terletak ~30 derajat lintang selatan, yang termasuk daerah lintang menengah dimana terdapat 4 musim ?.
sesa wiguna said
owh begitu, terimakasih tanggapannya..
memang betul, cordoba memang terletak pada sekitar 31 derajat LS..
makanya saya bertanya, apakah tipe monsoonal juga berlaku bagi daerah dilintang tinggi…
kresna said
Pak Kadarsah, saya mau tanya..
cara membuat kurva masa ganda gimana ya??
kadarsah said
Mohon diperjelas tentang kurva masa ganda??
ayu said
pak.. saya baru aja dapet blog bapak ini, mudah2 bapak bisa bantu saya..
saya sedang mengerjakan tugas akhir ttg pengaruh iklim terhadap curah hujan di DAS cisadane hulu selama 10 tahun (1999-2008)
saya meninjau curah hujan dari 3 stasiun yang berbeda dan unsur2 iklim di stasiun lain yang berbeda juga.. tapi ke 4 stasiun itu masih dalam kawasan das cisadane hulu.
saya mendapatkan rata2 hujan bulanan dari ke 3 stasiun itu curah hujan tertunggi terjadi bulan april dan bulan oktober.. lalu sepajang tahun curah hujan rata2 270. dan curah hujan terendah 110.
yang saya ingein tanyakan.. bagaimana saya menetukan musim hujan ,kemarau, dan peralihan? apa ciri2 intensitas hujan pada bulan2 sehingga bisa dikatakan bahwa bulan tersebut merupakan musim kemarau, hujan dan peralihan?
apa mungkin di daerah das cisadane hulu ini tidak ada musim kemarau, melainkan musim hujan sepanjang tahun.
apa bapak punya referensi mengenai ciri2 CH pada musim kemarau, peralihan, dan hujan
pak saya mohon sekali bantuan bapak.. trimakasih
kadarsah said
Definisi musim hujan kalau merujuk ke BMKG adalah awal musim hujan terjadi jika selama tiga dasarian(sepuluh harian) berurutan CH yang terjadi sebesar 150 mm dan ini dinamakn ZOM ( Zona Musim).Jika suatu daerah, misal Bogor yang tidak jelas batas antara Musim hujan dan musim kemarau ( misal musim hujan sepanjang tahun atau sebaliknya) maka disebut non ZOM.
Kalau referensi tentang angka 150 mm ini saya tidak punya, kalau tentang tipe pola curah hujan saya memilikinya.
ayu said
pak ada ynag mau saya tanyakan lagi…
saya menemukan buku yang menyatakan bahwa
Pemanasan tidak merata matahari menghangatkan udara dengan menaikan suhu udara di atasnya. Udara mengembang dan naik, sementara tekanan udara meningkat.
bagaimana ini dapat dijelaskan pak? soalnya selama ini saya tau nya kalau Udara yang mengalami pemanasan akan memuai menjadi lebih ringan sehingga naik, menyebabkan tekanan udara turun (bertekanan rendah ) karena udaranya berkurang.
jadi mana yang benar pa?
khunto said
pak ad data curah hujan terbaru kabupaten temanggung g nihh
mohon bantuannya
buat tugas akhir ini
hehehe ^_^
kadarsah said
Saya tidak memiliki silakan akses situs BMKG dan tanyakn ke stasiun yang terdekat dengan Temanggung.
Alamat:
http://www.bmkg.go.id/alamatStasiun.bmkg?Jenis=URL&IDS=0802774641057456088
adi said
saya masih awam dengan pengetahuan tentang cuaca, mohon iformasi dasar pembagian wilayah atau jenis curah hujan pada disertasi Dr.Edvin Aldrian apa?
yang mempengaruhi curah hujan di suatau wilayah apa saja, apakah faktor angin berpengaruh signifikan?
kadarsah said
Saya akan kirim paper yang membahas ke email Anda.
terimakasih
diah said
pak bagaimana cara membuat isohyet “secara manual”
kadarsah said
Hanya menghubungkan titik-titik yang memiliki curah hujan yang sama sehingga terbentuk garis di Wilayah yang kita maksud.
Ronald said
Pak saya minta jg paper tentang cuaca,iformasi dasar pembagian wilayah atau jenis curah hujan pada disertasi Dr.Edvin Aldrian apa?
yang mempengaruhi curah hujan di suatau wilayah apa saja, apakah faktor angin berpengaruh signifikan?
wil said
Pak saya mahasiswa yg sedang mengerjakan tugsa akhir, tentang pengaruh perubahan pola curah hujan terhadap fluktuasi muka air disuatu danau.
Pak untuk menentukan perubahan pola curah hujan, apa bisa hanya berdasarkan data-data curah hujan???? tanpa data suhu dll???
mohon bantuannya,,,, terlebih lagi jika ada tambahan jurnal+ bahan pustaka yang bisa membantu!!!
Trimakasih atas bantuannya
Ari said
Yth. Bapak Kadarsah,
saya tertarik sekali membaca topik yg Bapak bahas dlm artikel ini.
Saat ini saya sdg berupaya mengumpulkan data ttg faktor penyebab rendahnya curah hujan didaerah Kupang, Nusa Tenggara dan sekitarnya.
Apakah Bapak mempunyai data penelitian atau artikel yg berhubungan dg hal tsb?
Jika ada, mohon berkenan utk sharing kpd saya, dapat memalui forum ini maupun dapat dikirim melalui email saya : selaya062@yahoo.com
Terimakasih sebelumnya.
Salam hormat saya,
Ari
nurfitriah said
PAK SAYA TERTARIK SEKALI DENGAN TULISAN BAPAK..
TAPI AD YANG SAYA INGIN TANYAKAN…
skarang saya lgi ngebahas jurnal tentang awal musim hujan di bandung…
dimana saya mempunyai data curah hujan bulanan di kota bandung tahun 2004 dan 2007 dimana data ini akan saya olah dengan exel (grafik hubngan curah hujan trehdp bulan), tapi saya bingung pak dimana data yang saya olah ad penyimpangan berdasarkan pola awal musim hujan terjadi di bulan des,jan,feb,,,sedangkan data saya awal musim hujannya dimulai dari bulan maret,aprl,mei…
menurut pendapat bapak gimna ?????
mohon segera di balas…
Muhammad Hamdani said
Assalamu`alaikum
Pak kadarsah, saya hanya punya data curah hujan rata2 bulanan, dan saya ingin menggunakan data tersebut untuk menganalisis debit air, untuk analisis banjir,
Pertanyaan saya :
1. apakah data tersebut dapat digunakan?
2. metode apa yang sebaiknya saya gunakan?
3. adakah jurnal/buku tentang metode tersebut?
mohon bantuannya ya pak…
terimakasih
Muhammad Hamdani said
mohon dikirim ke imel saya ya pak : hamdani96teusu@gmail.com
dayat said
gambar pola curah hujan yang dari bmkg itu memakai data curah hujan dr tahun berapa?
Tidak said
Mengapa musim hujan jatuh pada musim pancaroba..? Jelaskan pak
Rismauli Zulfisari said
pak sekarang ini sy sdg mengerjakan TA tentang estimasi curah hujan dengan metode least square no linier menggunakan iterasi/algoritma Gauss Newton.
Tapi sy kesusahan mencari referensi yang berkaitan.
sy mohon bantuan nya pak.
mohon dikirim ke email saya rizmaqu@gmail.com
kadarsah said
1.Mohon dijelaskan dulu tujuan penggunaan metode least square no linier menggunakan iterasi/algoritma Gauss Newton dalam estimasi curah hujan apa?
2.Estimasinya, estimasinya apa?
3.Lokasinya?
Rismauli Zulfisari said
estimasi curah hujan bulanan. dari model yang didapat akan digunakan untuk memprediksi curah hujan di masa mendatang. lokasi di pontianak pak.
atau mungkin bapak bisa memberikan masukan untuk saya bagaimana bagusnya.
kadarsah said
Mungkin info ini bisa membantu:
http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2011/02/21/ILT/mbm.20110221.ILT135957.id.html
Yudha said
Halo Sah, thx infonya, topik risetnya Dr.Entin Hidayah ini mirip2 bahasannya Prof. Van-Thanh-Van Nguyen, McGill University, Canada (http://www2.ims.nus.edu.sg/Programs/011climate/files/nguyen_ab.pdf), kemarin kan kita nonton presentasi beliau waktu workshop di NTU.
Kyknya downscaling empiris model gini ramenya di komunitas engineer, secara mereka butuh data high resolution buat hitungan konstruksi dan project planning.
kadarsah said
Iya…saya lupa juga kalau Prof.nguyen ini menggunakan metode apa ya?Kalau Bu Entin ini menggunakan metode BAyesian…
Yudha said
Saya juga lupa, sayang di abstraknya tidak disebutkan metodenya. Harus baca artikel2 beliau. Tapi yang pasti tujuannya sama dengan Bu Entin, bikin downscaling.
riris said
makasi infonya … lumayan ngebantu tugas nih
kadarsah said
Ok.trims
Rahmat Wijaya said
Saya perlu data observasi curah hujan….Bisa kirimkan data CH atau alamat yang mungkin bisa saya download?
Kadarsah said
Data dari situs ini sangat bagus dan menarik, silakan di telusuri.
http://banyudata.blogspot.com/
Nurfaika said
Aslm,
sy sangat tertarik dgn tulisan bpk terkait METKLIM,
oia pak klo blh tanya knp ya curah hujan bagian barat lebih tinggi jika dibandingkan dgn wilayah di bagian timur…??
Klo boleh minta paper (IKLIM INODNESIA) atau tulisan/e_book b.indo terkait METKLIM utk sy jadikan refernsi dlm mengajar…trims…
Trims….
Burhanuddin Yahya said
pa’ sekarang sy lagi melakukan penelitian mengenai pola curah hujan di salah satu daerah di sulawesi tengah. metode yang saya gunakan yaitu Metode Fast Fourier Transform (FFT) cuman saya masih kekukurangan referensi tentang itu. jadi saya mohon bantuan referensi ke baak.
Burhanuddin Yahya said
pa’ bisa minta alamat email atau FB bapak??
pa’ referensinya yang bapak berikan bisa kirim ke bureyahya@yahoo.com
terimaksih…..
Ziza said
Pak Kadarsah, saya juga mau minta dikirimi e-book Matlab versi Indonesia dan Inggris, alamat email saya: azurra_lathifa@yahoo.co.id. Terima kasih, ya
suci said
ih preeetttt lieurrr
Dian Purnama Sari said
ass.
pak sy ingin bertanya selain metpde arima apakah ad metode lain yag tidak begitu rumit dalam memperdiksi curah hujan? saya kebetulan kesusahan mencari judul TA saya yg berkaitan mengenai prediksi curah hujan. karena sistematematisnya yg begitu rumit. mohon bantuannya pak.
bisa dibalas via e-mail sya dhiand_green@yahoo.com
thanks
yudha said
Sebenernya ga ada metode yg rumit. Kelihatan rumit itu hanya karena kita belum tahu saja, terutama dasar2nya. Mbak Dian bisa baca2 tentang dasar2 model prediksi time-series seperti Auto-regressive dan Moving Average. Kemudian penting juga untuk tahu sebaik apa performa model prediksi curah hujan yang sudah ada sekarang, ini penting untuk evaluasi, untuk tahu ini bisa tanya2 sama dosen2 dan pakar2 ilmu cuaca seperti Pak Kadarsah.
Dian Purnama Sari said
iya sya memang kurang mengerti mengenai sistemanya dan sangat ingin belajar karena TA yg akan saya ambil mengenai prediksi hujan. saya jga sudah menentukan judul apa yg akan saya ambil yaitu Metode Regresi Pohon. dan sya mengalami kesulitan karena keterbatasan data yg saya miliki. Saya sangat berharap dapat bimbingan dan bantuan dri kakak dan bapak sekalian, Demikian saya haturkan terima kasih 🙂
Moh. Junaedy said
mintol infonya tentang analisis curah hujan menggunakan FFT
rifki said
thanks pak
miranti said
Pa mau tanya, kalau untuk menentukan curah hujan rata-rata skala lokal di lokasi penelitian, diperlukan input data curah hujan minimal berapa tahun ya? apakh 5 tahun cukup representatif? trims
hendra mokodompit said
ass…
saya hendra mahasiswa universitas gorontalo
saya boleh ndak,minta data curah hujan provinsi gorontalo selama 5 tahun terakhir soalnya saya butuh buat data pelengkap tugas akhir saya..
terima kasih sebelumnya
daryonosucipto said
Yth.Bapak Kadarsah, saya juga mau minta dikirimi e-book Matlab versi Indonesia dan Inggris, alamat email saya:yanibmkg@yahoo.com. Terima kasih banyak Pak, semoga Alloh SWT berkahi Bapak dan keluarga dari ilmu yang telah Bapak bagikan.amin ya Robb.
raJa3'shio said
Yth.Bapak Kadarsah, saya juga mau minta dikirimi e-book Matlab versi Indonesia dan Inggris, alamat email saya:irwinsyahaeato@ymail.com. Terima kasih banyak Pak!
vanysyah said
Bpk.kadarsah .thanks loh atas info nya
Aldini said
Yth. Bapak Kadarsah, Terimakasih Pak, Postingannya sangat bermanfaat.
Saya bekerja di lembaga yang menggunakan software matlab utk pemodelan, tetapi msh awam ttg matlab.
mohon utk dikirimkan copy ebook tentang pemodelan menggunakan matlab(berbahasa indonesia dan inggris), khususnya pemodelan untuk data meteorologi ke email the.aldini@gmail.com
Terimakasih banyak ya pak.
3 Pola Curah Hujan di Indonesia | Fenti Khoerunnisa said
[…] https://kadarsah.wordpress.com/2007/06/29/tiga-daerah-iklim-indonesia/ […]
yunda said
ass. pak..
saya mau mennyakan pola curah hujan khususnya di daerah khatulistiwa itu bgaimn ya pak keadanya??
Ulum Ariza said
Asskum pak.
sa mau bertanya. kalau di Sorong, Manokwari (Papua Barat) apa tipe pola hujannya? tksh
abdul salam said
di wilayah mana saja yang curah hujannya rendah,pak?
Halra said
iklim kita saat ini sudah tidak menentu, gak kayak tahun 80 an – 90 an, iklimnya bisa dipastikan waktunya,
namun sekarang? sudah amburadul Bumi kita ini, sudah banyak dieksploitasi sehingga banyak timbul kerusakan parah
awe said
koflok
nurhidayati said
maaf bapak saya mau tanya, saya ada tugas buat laporan tentang korelasi antara beberapa unsur cuaca, tetapi saya bingung mau ambil tentang apa, soalnya beberapa senior saya udah bnyak juga yang buat laporan tersebut, judulnya nggak boleh sama, mohon informasinya bapak, makasih sebelunya bapak,,,
Firman Aliefier said
Kalau, Pola curah hujan yang umumnya terjadi di wilayah indonesia sebela selatan ekuator lebih banyak dipengaruhi oleh apa ?
a. Monsoon
b. Dipole Mode
c. Sirkulasi Walker
d. Sirkulasi Lokal
putra said
permisi.. pak saya mau nanya..
apakah ada ciri-ciri intensitas curah hujan di wilayah tropis?
spt : lama hujan < 4 jam/hari, CH 45mm/hari dsb
kok gooling2 ga nemu yg pas ya
Peta Persebaran Curah Hujan di Indonesia dan Penjelasannya | Fileindo.com said
[…] basah (BB), yaitu curah hujan yang sampai kepermukaan bumi lebih dari 60 mm. Daftar Pustaka : https://kadarsah.wordpress.com/2007/06/29/tiga-daerah-iklim-indonesia/ (Hamada JI, Yamanaka MD, Matsumoto J, Fukao S, Winarso PA,Sribimawati T (2002) Spatial and […]
Peta Persebaran Curah Hujan di Indonesia dan Penjelasannya | Midosoftware.com – Download Software Full Version Gratis said
[…] basah (BB), yaitu curah hujan yang sampai kepermukaan bumi lebih dari 60 mm. Daftar Pustaka : https://kadarsah.wordpress.com/2007/06/29/tiga-daerah-iklim-indonesia/ (Hamada JI, Yamanaka MD, Matsumoto J, Fukao S, Winarso PA,Sribimawati T (2002) Spatial and temporal […]
Peta Persebaran Curah Hujan di Indonesia dan Penjelasannya | miftatnn said
[…] basah (BB), yaitu curah hujan yang sampai kepermukaan bumi lebih dari 60 mm. Daftar Pustaka : https://kadarsah.wordpress.com/2007/06/29/tiga-daerah-iklim-indonesia/ (Hamada JI, Yamanaka MD, Matsumoto J, Fukao S, Winarso PA,Sribimawati T (2002) Spatial and temporal […]
dzaki nm bg said
jelek gak berguna sampah tai kucing
Kelix said
saya juga boleh minta ebook nya ak?
ini email saya : acilovin@gmail.com
Terimakasih
Pola Curah Hujan di Indonesia – GEO_ARCHY said
[…] https://kadarsah.wordpress.com/2007/06/29/tiga-daerah-iklim-indonesia/ […]
Risa albeta said
Assalamualaikum pak kadarsah , saya sedang melakukan kegiatan tugas akhir dimana saya masih bingung dengan pola curah hujan di sumatera selatan itu pola apa ya pak ?
ninepei said
https://bootyr4r.com/poispirosour ninepei garden a30b5ac58e